Telenursing dan Homecare
TELENURSING SEBAGAI SUATU SOLUSI PEMBERIAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA MASYARAKAT DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI
A. latar belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. Salah satu tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah pemerataan pelayanan kesehatan ke seluruh daerah di Indonesia. Sampai saat ini pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum merata, pembangunan masih terpusat di pulau Jawa, Sumatera dan kotakota besar saja. Selain itu pemerintah pun menghadapi permasalahan lain yaitu masih sulitnya jangkauan masyarakat terhadap fasilitas-fasilitas layanan kesehatan. Hal ersebut terjadi karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang terpisah oleh lautan dan jarak yang saling berjauhan, sehingga pelayanan kesehatan tidak merata. Fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap jarang ada di daerah-daerah, sehingga masyarakat di daerah sulit mengakses fasilitas kesehatan. Teknologi informasi yang terus berkembang sekarang ini harus dicermati oleh dunia kesehatan khususnya dunia keperawatan untuk membantu menjawab permasalahan kesehatan yang ada. Semakin berkembangnya teknologi informasi merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan meningkatkan jangkauan pelayanan keperawatan bagi masyarakat di seluruh Indonesia, termasuk masyarakat di daerah yang terpencil dan jauh (rural area). Salah satu teknologi keperawatan yang terus berkembang adalah telehealth nursing atau tele
nursing.
Telehealth nursing atau telenursing diartikan sebagai praktek pemberian layanan keperawatan menggunakan teknologi telekomunikasi (Lancet, 2000). Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antar perawat. Telenursing merupakan bagian dari telehealth atau telemedicine dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
Menurut US Office of Disease Prevention and Health Promotion (2010), salah satu tujuan telehealth atau telenursing adalah untuk meningkatkan akses yang lebih komprehensif dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Adanya hambatan dalam struktur kesehatan, akses kesehatan, tenaga kesehatan karena hambatan geografis dapat diatasi dengan telenursing. Selain itu telenursing juga mengizinkan perawat untuk memberikan layanan keperawatannya melalui suatu sistem yang menakjubkan.
kajian literatur
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi
telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011). Teknologi informasi dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek keperawatan. Informatika keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam Salim, 2010).
Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan
keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain : 1) mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu, 2) mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan, 3) membantu memenuhi kebutuhan kesehatan, 4) memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi, 5) berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan 6) mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet (American Nurse Assosiation, 1999).
Sebagai suatu sistem tentunya tidak luput dari kekurangan, antara lain : tidak adanya interaksi
langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik. Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga meningkatkan
risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.
Prinsif dalam pemberian asuhan keperawatan salah satunya adalah efektifitas dan efisiensi
sehingga tujuan pelayanan dapat tercapai. Saat ini telah banyak penelitian yang mendukung
bahwa inovasi telenursing sangat berdampak positif bagi pelayanan keperawatan, berikut
dapat dilihat pada beberapa artikel penelitian maupun artikel ilmiah lainnya di jurnal-jurnal
kesehatan sebagai berikut :
- Impact of tele-advice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer care (Ameen, Coll, & Peters, 2005). Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidang manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan pendekatan pre dan post intervensi pada 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 19 orang dan kelompok kontrol sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perbaikan yang signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas dalam manajemen perawatan ulkus kaki antara sebelum dan sesudah intervensi melalui telenursing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tele-saran dapat menjadi manfaat besar bagi perawat komunitas dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalam praktek perawatan ulkus kaki. Ini akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya manusia yang lebih efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.
- Tele-education in emergency care (Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas kesehatan yang bertugas didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan darat karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka kurang terpapar informasi-informasi maupun pengetahuan terkini menghenai pelayanan keperawatan. Disini dijelaskan bagaimana telenursing dimanfaatkan sebagai sarana penambahan wawasan dan pengetahuan mengenai keperawatan gawat darurat terhadap petugas kesehatan yang bertugas di daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan empat domain pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan (relationship), dan 4) sikap (attituds).
- Efficacy of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a randomised controlled trial study (Jensen, Kristensen, Christensen, & Borre, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa terdapat peningkatan angka dalam insiden kanker prostat menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap peran perawatan kesehatan masyarakat. Untuk mengatasi kondisi tersebut, prostatektomi radikal jalur cepat telah diperkenalkan, sehingga waktu rawat menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia untuk edukasi terhadap pasien post op prostektomy, maka pasien dituntut agar mampu melakukan perawatan secara mandiri melalui bantuan Telenursing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah konsultasi telepon perawat yang dipimpin (TC) dapat mengoptimalkan sumber daya, rehabilitasi secara aman dan kepuasan pasien dalam periode pasca-operasi. Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak prospektif dari 95 pasien baik intervensi atau standar tindak lanjut. Intervensi yang diberikan adalah TC tambahan 3 hari pasca bedah. Pendidikan perawatan dan pasien selama rawat inap yang diberikan adalah sama untuk semua pasien. Data dikumpulkan dari catatan medis dan kuesioner 2 minggu pasca-bedah. Memang tidak ditemukan perbedaan dalam keberhasilan keseluruhan tentang kepuasan pasien, rasa aman dan ketidaknyamanan pasca-operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi saat dirawat di rumah sakit sehingga peberian TC menjadi alternatif pilihan yang baik. Secara umum, pasien cukup terdidik dalam pengelolaan rehabilitasi awal dan mereka menyatakan kepuasan yang tinggi dan rasa aman pada periode pasca operasi setelah pulang meskipun tanpa TC. Oleh karena itu, TC tidak akan menjadi prosedur standar, tetapi hasilnya telah meningkatkan kesadaran dalam praktek klinis sehari-hari dan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
- Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance, Part 1(Rufo, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamanan perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contoh. Dengan menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga pemberi asuhan keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat menerima bantuan untuk manajemen pasien secara langsung melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah satu contoh dari penerapan model teknologi yang mempercepat pemecahan masalah klinis dan pengambilan keputusan, sehingga mempercepat pemberian perawatan kritis dan akhirnya meningkatkan hasil yang diharapkan.
- A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Tele-ICU, eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkan dalam perawatan pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatan kesehatan, dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim perawatan tetap belum terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain tetap skeptis meskipun rasio biaya perawatan yang bisa ditekan dan manfaat yang didapat. Namun, dengan perluasan berbagai program dan publikasi hasil klinis dan fiskal, tele-ICU menjadi lebih diperhatikan dan mengubah wawasan tentang perawatan klinis.Konsep tele-ICU memberikan manfaat bagi tim perawatan untuk memperoleh kemudahan dalam pengawasan pasien jarak jauh, tidak untuk mengendalikan atau mengganggu, tetapi untuk mendukung dan meningkatkan kualitas perawatan. Saat pasien kritis keluarga, tim ICU dan tele-ICU dapat berbagi pengalaman, berkolaborasi untuk menemukan solusi, dan pemahaman melalui tele-ICU, serta belajar bagaimana bersama tim dapat meningkatkan perawatan pasien.
- Nu!RehaVR: virtual reality in neuro tele-rehabilitation of patients with traumatic brain injury and stroke (Gervasi, Magni, & Zampolini, 2010). Dalam arikel ini dijelaskan Ketersediaan lingkungan virtual di Web untuk mengembangkan aplikasi baru realitas virtual dalam beberapa bidang, termasuk beberapa aplikasi therapeutical. Disini disajikan aplikasi virtual reality diterapkan pada tele-rehabilitasi pasien dengan cedera otak traumatis dan stroke. Sistem ini berdasarkan teknologi X3D dan Ajax3D, meningkatkan kemungkinan untuk membuat latihan tele-rehabilitasi ditujukan pada pemulihan dari penyakit neurologis. Sistem, yang disebut Nu! RehaVR ini, telah dirancang untuk mengintegrasikan aktivitas yang dilakukan pada sistem tele-rehabilitasi, Nu Reha (Nu! Reha adalah merek dagang dari produk virtual web ini.(Lihat http://www.nureha.eu). Sistem ini dirancang untuk memungkinkan pemantauan dan penilaian kegiatan pasien oleh staf medis di rumah sakit menggunakan fasilitas komunikasi sistem tele-rehabilitasi.
- Socio-technical and organizational challenges to wider e-Health implementation. Chronic Respiratory Disease (Vitacca, Mazzù, & Scalvini, 2009). Kemajuan terbaru dalam teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan kontak dengan pasien di rumah melalui e-Health layanan. Artikel ini memberikan wawasan tentang seni e-Health dan telemedicine untuk penggunaan klinis yang lebih luas di masa depan. Peluang telemedicine dirangkum sebagai tele home care, teleconsulting antara dokter umum dan spesialis dan kegiatan kesehatan online. Saat ini prioritas Uni Eropa adalah Inisiatif pada Telemediciene (TM) untuk manajemen penyakit kronis seperti pemantauan kesehatan di rumah dan Visi masa depan untuk Eropa 2020 didasarkan pada pengembangan Pelayanan Terpadu Telemedicine, meskipun masih ada pro dan kontra. Kualitas, akses dan efisiensi adalah isu-isu kunci utama untuk keberhasilan e-Health dan implementasi telemedicine. Teknologi sebenarnya adalah sumber daya manusia yang tersedia ke dalam organisasi. Untuk e-Health dan telemedicine agar lebih berkembang, maka akan diperlukan riset
KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa metode pelayanan keperawatan yang menggukana model Telenursing efektif
digunakan dalam aktifitas pelayanan kesehatan, sebagaimana berikut ini :
1. Bisa digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi petugas
kesehatan khususnya tenaga keperawatan yang berada dimasyarakat maupun dipelosok
yang secara geografis sulit diakses, dengan mengembangkan model Tele-edu atau Telecosulting yang dapat memfasilitasi pembelajaran maupun konsultasi asuhan keperawatan
dari perawat primer kepada perawat spesialis, atau model Tele-ICU dimana pelayanan
intensive care dapat diberikan pada pasien yang berada ditempat yang terisolasi namun
memiliki fasilitas ICU yang memadai serta mempunyai care giver.
2. Bisa digunakan sebagai sarana memantau perkembangan serta memandirikan pasien atau
keluarga untuk merawat diri sendiri melalui metode Telenursing. Pasien yang sudah bisa
pulang dan harus menjalani perawatan secara mandiri dirumah dapat di folow up melalui
metode ini.
3. Bisa digunakan sebagai sarana memandu dan memantau rehabilitasi pasien pasca dirawat
di rumah sakit. Dengan metode Telenursing ini petugas dapat memantau dan memandu
telehomecare
Home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit ( Depkes, 2002 ). Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) dalam Avicenna ( 2008 ) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya. Tidak berbeda dengan kedua definisi di atas, Warola ( 1980 ) mendefinisikan home care sebagai pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak).
Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan kesehatan di rumah ( home care ) adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan di rumah adalah :
- Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan klien dan keluarganya.
- Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan melibatkan klien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan.
- B. Model/ Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care
Terdapat beberapa model/ teori keperawatan yang mendukung Home carediantaranya:
v Transkultural nursing (Leininger)
Model/ teori keperawatan transkultural nursing memfokuskan pada penanganan harus memperhatikan budaya pasien. Adapun konsep model/ teori keperawatan ini berorientasi pada culture, cultural care diversity, cultural care universality, nursing, worldview, dimensi struktur budaya dan social, konteks lingkungan, ethnohistory, generic ( folk or lay) care system, sistem perawatan profesional, kesehatan,care/caring, culture care preservation, accomodation dan repatterning. Teori Leininger dan paradigma keperawatan Leininger mengkritisi empat konsep keperawatan yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Definisi konseptual menurut asumsi dan teori dari Madeleine Leininger yaitu:
- Manusia seseorang yang diberi perawatan dan harus diperhatikan kebutuhannya.
- Kesehatan yaitu konsep yang penting dalam perawatan transkultural.
- Lingkungan tidak didefinisikan secara khusus, namun jika dilihat bahwa telah terwakili dalam kebudayaan, maka lingkungan adalah inti utama dari teori M. Leininger.
- Keperawatan menyajikan 3 tindakan yang sebangun dengan kebudayaan klien yaitu cultural care preservation, accomodation dan repatterning.
v Teori Self Care ( Dorothea Orem )
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Orem mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan, yaitu:
- Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal): kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas, istirahat, sosial, dan pencegahan bahaya. Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan, dan lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.
- Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan): kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan proses perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan (misal, bayi prematur dan kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup.
- Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan): kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau keturunan, kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpanngan cara, struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care.
Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa asumsi, yaitu:
ü Human being (Kehidupan manusia): oleh alam, memiliki kebutuhan umum akan pemenuhan beberapa zat (udara, air, dan makanan) dan untuk mengelola kondisi kehidupan yang menyokong proses hidup, pembentukan dan pemeliharaan integritas structural, serta pemeliharaan dan peningkatan integritas fungsional.
ü Perkembangan manusia: dari kehidupan di dalam rahim hingga pematangan ke dewasaan memerlukan pembentukan dan pemeliharaan kondisi yang meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan di setiap periode dalam daur hidup.
ü Kerusakan genetik maupun perkembangan dan penyimpangan dari struktur normal dan integritas fungsional serta kesehatan menimbulkan beberapa persyaratan/permintaan untuk pencegahan, tindakan pengaturan untuk mengontrol perluasan dan mengurangi dampaknya.
Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantuangan atau kebutuhan klien dan kemampuan klien. Oleh karena itu ada 3 tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri, yaitu:
ü Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan klien yang tinggi (sistem pengganti keseluruhan).
ü Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (sistem pengganti sebagian).
ü Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (sistem dukungan/pendidikan).
v Teori Lingkungan (Florence Nihgtingale)
Teori / model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit, model dan konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dangan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan / tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa bergantung pada profesi lain. Model dan konsep ini memberikan inspisi dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan.
v Manusia Sebagai Unit (Rogers)
Berdasarkan teori Rogers sakit timbul akibat ketidakseimbangan energi penanganan dengan metode terapi modalitas/ komplementer. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip – prinsip kreativitas, seni dan imaginasi. Aktivitas keperawatan dinyatakan Rogers merupakan aktivitas yang berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep pemahaman manusia / individu seutuhnya.
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung. Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Roger ada 5 asumsi mengenai manusia, yaitu :
- Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
- Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
- Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
- Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.
- Manusia bercirikan mempunyai kemampuan untuk abstrak, membayangkan, bertutur bahasa dan berfikir, sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Martha E. Roger mengemukakan empat konsep besar. Beliau menghadirkan lima asumsi tentang manusia. Tiap orang dikatakan sebagai suatu yang individu utuh. Manusia dan lingkungan selalu saling bertukar energi. Proses yang terjadi dalam kehidupan seseorang tidak dapat diubah dan berhubungan satu sama lain pada dimensi ruang dan waktu. Hal tersebut merupakan pola kehidupan. Pada akhirnya seseorang mampu berbicara, berfikir, merasakan, emosi, membayangkan dan memisahkan. Manusia mempunyai empat dimensi, medan energi negentropik dapat diketahui dari kebiasaan dan ditunjukkan dengan ciri-ciri dan tingkah laku yang berbeda satu sama lain dan tidak dapat diduga dengan ilmu pengetahuan yaitu lingkungan, keperawatan dan kesehatan.
v Human Caring (Watson)
Perawat harus memperhatikan sisi humanistik sebagai moral ideal ke pasien dan keluarga. Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkam pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetika, humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dinyatakan oleh Watson (1985) “human care is the heart of nursing”. Pandangan tentang keperawatan sebagai science tentang human care adalah komprehensif.
Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi konsep tentang manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Adapun keempat konsep tersebut adalah sebagai berikut:
- Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu). Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.
- Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
- Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.
- Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
v Model Konsep Adaptasi Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
- Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
- Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan biopsikososial.
- Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
- Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
- Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.
Empat elemen penting yang termasuk dalam Model Adaptasi Keperawatan adalah 1) manusia; 2) lingkungan; 3) sehat; 4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Juga termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi.
- Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
2. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus internal dan eksternal. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, kontekstual dan residual.
- Stimulus fokal yaitu rangsangan yang berhubungan langsung dengan perubahan lingkungan misalnya polusi udara dapat menyebabkan infeksi paru, kehilangan suhu pada bayi yang baru lahir.
- Stimulus kontekstual yaitu : stimulus yang menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini. Misalnya : daya tahan tubuh yang menurun, lingkungan yang tidak sehat.
- Stimulus residual yaitu : sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat atau disebut dengan faktor presdiposisi sehingga terjadi kondisi fokal. Misalnya : persepsi klien tentang penyakit, gaya hidup dan fungsi peran.
- Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan di sekitar yang mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu atau kelompok.
3. Sehat
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi integrasi adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera. Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespons terhadap stimulus yang lain. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model adaptasi keperawatan. Di dalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respons. Perubahan- perubahan itu adalah stresor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor- faktor kontekstual dan residual. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respons adaptif atau inefektif. Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respons. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat.
- C. Landasan Hukum Home Care
Unit home care yang merupakan bagian dari institusi pelayanan pemerintah dan swasta, tidak perlu izin khusus, hanya melapor dan melakukan pelaporan kasus yang ditangani Fungsi hukum dalam praktik perawat antara lain adalah sebagai berikut :
- Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum .
- Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
- Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
- Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
Landasan Hukum Home Care diantaranyaadalah sebagai berikut:
- UU Kes.No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
- PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
- UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
- UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran.
- Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat.
- Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.
- Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
- SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
- PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
- Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.
- Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Perawat.
- D. Lingkup Pelayanan Home Care
Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
- Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio- spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan evaluasi.
- Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
- Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.
- Sebagai pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.
- Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan, mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
Secara umum lingkup pelayanan dalam perawatan kesehatan di rumah (home care) dapat dikelompokkan sebagai berikut :
- Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
- Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
- Pelayanan rehabilitasi medik dan keterapian fisik
- Pelayanan informasi dan rujukan
- Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
- Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
- Pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial
- E. Skill Dasar yang Harus Dikuasai Perawat
Berdasarkan SK Dirjen Dirjen YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311 terdapat 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care antara lain :
- Vital sign
- Memasang nasogastric tube
- Memasang selang susu besar
- Memasang cateter
- Penggantian tube pernafasan
- Merawat luka dekubitus
- Suction
- Memasang peralatan O2
- Penyuntikan (IV,IM, IC,SC)
- Pemasangan infus maupun obat
- Pengambilan preparat
- Pemberian huknah/laksatif
- Kebersihan diri
- Latihan dalam rangka rehabilitasi medis
- Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostik
- Pendidikan kesehatan
- Konseling kasus terminal
- Konsultasi/telepon
- Fasilitasi ke dokter rujukan
- Menyiapkan menu makanan
- Membersihkan tempat tidur pasien
- Fasilitasi kegiatan sosial pasien
- Fasilitasi perbaikan sarana klien.
PRO DAN KONTRA MENGENAI HOME CARE DI INDONESIA
Di awal perjalanannya home care nursing sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan yang sangat sederhana, yaitu kunjungan perawat kepada pasien tua atau lemah yang tidak mampu berjalan menuju rumah sakit atau yang tidak memiliki biaya untuk membayar dokter di rumah sakit atau yang tidak memiliki akses kepada pelayanan kesehatan karena strata sosial yang dimilikinya. Pelaksanaannya juga merupakan inisiatif pemuka agama yang care terhadap merebaknya kasus gangguan kesehatan. Perawat yang melakukannya dikenal dengan istilah perawat kunjung (visiting nurse). Bentuk intervensi yang diberikan berupa kuratif dan rehabilitatif.
Pada saat klien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem pelayanan keperawatan dirumah (home care nursing), maka klien dan keluarga berharap mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkannya dari pelayanan keperawatan dirumah sakit.adapun klien dan keluarga memutuskan untuk tidak menggunakan sistem ini, mungkin saja ada pertimbangan-pertimbangan yang menjadikan home care bukan pilihan yang tepat.dibawah ini terdapat tentang pro dan kontra home care di Indonesia.
Pro home care berpendapat :
- home care memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan yang dikenal oleh klien dan keluarga, sedangkan bila di rumah sakit klien akan merasa asing dan perlu adaptasi.
- home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat diberikan secara focus pada satu klien, sedangkan dirumah sakit perawatan terbagi pada beberapa pasien.
- home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi klien, dimana pelayanan keperawatan dapat diberikan secara komprehensif (biopsikososiospiritual).
- home care menjaga privacy klien dan keluarga, dimana semua tindakan yang berikan hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu.
- home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif lebih rendah daripada biaya pelayanan kesehatan dirumah sakit.
- home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam memonitor kebiasaan klien seperti makan, minum, dan pola tidur dimana berguna memahami perubahan pola dan perawatan klien.
- home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana keluarga dapat sambil melakukan kegiatan lain dengan tidak meninggalkan klien.
- home care memberikan pelayanan yang lebih efisien dibandingkan dengan pelayanan dirumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi dapat diberikan pelayanan sekaligus dalam home care.
- pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan kesehatan yang diberikan, perawat dapat memberi penguatan atau perbaikan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan keluarga.
Kontra home care berpendapat :
- home care tidak termanaged dengan baik, contohnya jika menggunakan agency yang belum ada hubungannya dengan tim kesehatan lain seperti :
- dokter spesialis.
- Petugas laboratorium.
- Petugas ahli gizi.
- Petugas fisioterafi.
- Psikolog dan lain-lain.
- home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika dibandingkan dengan menggunakan tenaga kesehatan secara individu.
- klien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak untuk mencapai unit-unit yang terdapat dirumah sakit, misalnya :
- Unit diagnostik rontgen
- Unit diagnostik CT scan.
- Unit diagnostik MRI.
- Laboratorium dan lain-lain.
- pelayanan home care tidak dapat diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan total, misalnya: klien dengan koma.
- tingkat keterlibatan anggota keluarga rendah dalam kegiatan perawatan, dimana keluarga merasa bahwa semua kebutuhan klien sudah dapat terlayani dengan adanya home care.
- pelayanan home care memiliki keterbatasan fasilitas emergency, misalnya :
- fasilitas resusitasi
- fasilitas defibrilator
- jika tidak berhasil, pelayanan home care berdampak tingginya tingkat ketergantungan klien dan keluarga pada perawat
PRO DAN KONTRA HOME CARE DI INDONESIA
Pro berpendapat :
1. home care memberikan perasaan aman.
2. home care memberikan pelayanan focus.
3. home care memberikan keyakinan akan mutu pelayanan.
4. menjaga privasi klien dan keluarga.
5. home care lebih hemat.
6. memberikan kemudahan dalam memonitor.
7. home care memberikan rasa tenang kepada keluarga.
8. home care lebih efisien.
9. lebih berhasil dalam pendidikan kesehatan.
1. home care tidak termanaged dengan baik.
2. home care lebih mahal.
3. membutuhkan waktu lebih banyak untuk mencapai unit penunjang yang ada dirumah sakit.
4. tidak bisa pada klien dengan ketergantungan total.
5. tingkat keterlibatan keluarga rendah.
6. memiliki keterbatasan fasilitas.
7. tingkat ketergantungan tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar